Saat ini industri udang vaname merupakan salah satu industri yang tetap bertahan bahkan melejit walau diterpa pandemi. Pengaplikasian tambak milienial Ujungpangkah dengan memanfaatkan teknologi modern harapannya dapat menjadi daya tarik bagi generasi milenial untuk dapat ikut serta dalam pembangunan industri nasional. Tambak milenial yang melibatkan secara langsung generasi muda dalam pengelolaan tambak sebagai media pembelajaraan dan diharapkan dapat menjamin keberlanjutan program hingga generasi mendatang.
Menurut Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Nono Hartanto menyatakan bahwa salah satu keunggulan tambak bundar yaitu sisa pakan, kotoran udang maupun molting dapat terkumpul dengan mudah sebab tidak ada sudut mati pada kolam sehingga kotoran tidak tertahan pada satu titik. Hal tersebut dapat berimbas pada peningkatan kelangsungan hidup dari udang karena sisa pakan dan kotoran apabila tidak segera teratasi dapat menurunkan kualitas air serta menjadi sumber penyakit. Dikutip dari KKP.go.id.
Langkah pertama yang dilakukan tambak milenial Ujungpangkah sebelum pemasangan terpal adalah membuat pondasinya terlebih dahulu agar konstruksinya lebih kuat yang dibentuk mengerucut kedalam dengan elevasi antara pinggir kolam ke tengah kolam setinggi 10 cm. Selain itu, konstruksi kolam tambak millenial Ujungpangkah menggunakan rangka besi wiremesh yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga dapat dipastikan konstruksi kolam berdiri kokoh dan kuat.
Hal yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan kontruksi dan kekuatan terpal yaitu dengan pengisian air agar diketahui kondisi terpal aman dan dipastikan tidak bocor. Tambak milenial Ujungpangkah didirikan dengan diameter 20 meter dan tinggi kolam 1,5 meter sehingga membutuhkan pengisian air setinggi 1,2 meter. Setelah uji konstruksi kolam dipastikan aman dan kuat, tahap selanjutnya yang dilakukan PT PLM adalah penyebaran benih. Pada saat penebaran benih inilah semua pihak terkait harus stand by di lokasi, terutama konsultan budidaya dan teknisi. Karena dalam beberapa hari benih harus dipantau dengan ekstra hati-hati dan teliti karena usianya yang masih rentan dan juga adaptasi dengan tempat baru.
Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan tambak milenial tidak jauh berbeda dengan budidaya ikan secara umumnya, seperti penurunan kualitas air serta ancaman penyakit baik secara langsung maupun dampak dari infeksi primer. Sehingga memerlukan pemantauan dan pengawasan secara berkala.